PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
hakekatnya tidak ada bangsa yang miskin atau
terbelakang, yang ada adalah bangsa yang belum terkelola dengan baik. Hal ini umumnya tercermin dari
kinerja organisasi-organisasi sektor publiknya yang
sering digambarkan masih: tidak produktif, tidak efisien,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas, dan berbagai kritikan lainnya.
Salah satu aspek penting dalam reformasi birokrasi adalah penataan
manajemen pemerintahan pusat dan daerah (propinsi, kabupaten atau kota). Hal tersebut dinilai amat penting antara lain karena diyakini keberhasilan suatu kebijakan ditentukan pula oleh kemampuan
manajerial di dalam birokrasi pemerintahan itu sendiri untuk
melaksanakan kebijakan tersebut secara efisien dan efektif.
Dewasa ini, terminologi ”kinerja” menjadi ikon
dalam seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun di
daerah. Dengan bergulirnya reformasi manajemen pemerintahan yang antara lain
ditandai terbitnya Instruksi Presiden
No 7/1999, UU No 25/2004, UU No 17/2003, UU No 1/2004, UU No 15/2004, UU No
32/2004, UU No 33/2004, PP No. 6/2006, PP No. 39/2006, PP No. 40/2006 dan
peraturan lainnya, maka penerapan
manajemen yang berorientasi pada peningkatan kinerja atau disebut pula “manajemen
kinerja” di lingkungan instansi pemerintah merupakan suatu keharusan.
Seluruh aktivitas dalam lingkungan
instansi pemerintah akan diukur dari sisi akuntabilitas kinerjanya, baik dari
sisi kinerja individu, kinerja unit kerja dan kinerja instansi, dan bahkan juga
kinerja pemerintahan secara keseluruhan.
Hasil kajian Direktorat Aparatur Negara, BAPPENAS (2006) menyebutkan faktor-faktor yang menghambat pencapaian peningkatan kinerja instansi pemerintah, beberapa faktor utama di antaranya adalah kelemahan dalam manajemen birokrasi (belum optimalnya etika kerja dan budaya organisasi dalam mendorong kinerja), penempatan SDM yang kurang tepat, lemahnya penegakan disiplin pegawai, penerapan reward and punishment yang kurang adil, kompetensi dan skill pegawai, keterbatasan anggaran, kurangnya dukungan sarana dan prasarana, lemahnya koordinasi antar berbagai pihak, kepemimpinan, dan faktor-faktor lainnya.
Lebih jauh dapat dielaborasi pula beberapa
permasalahan dalam penerapan manajemen yang berorientasi pada peningkatan
kinerja, di antaranya; (i) masih kuatnya domain politik dalam penyelenggaraan
pemerintah seperti tarik menarik kepentingan antar kekuatan politik yang
menganggap birokrasi pemerintah sebagai lahan pemenuhan hasrat dan kekuasaan (power culture), (ii) ketidaksesuaian
antara kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki oleh aparat pemerintah (lack of competencies) yang berakibat
rendahnya kualitas kinerja pelayanan publik, (iii) belum tuntasnya tarik
menarik kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, (iv) masih
kuatnya pola pikir aparat pemerintah sebagai penguasa dan bukan sebagai pelayan
publik, (v) masih belum terciptanya budaya pelayanan publik yang berorientasi
kepada kebutuhan pelanggan (service
delivery culture), (vi) faktor figur (individu) masih memiliki pengaruh
kuat dalam manajemen kepemimpinan, (vii) masih belum pulihnya kepercayaan (trust) masyarakat kepada instansi
pemerintah, (viii) penataan kelembagaan pemerintah yang seringkali tidak
didasarkan atas kebutuhan obyektif masa depan, (ix) lemahnya
kesinambungan/keberlanjutan dari penerapan sistem yang berorientasi pada
peningkatan kinerja, dan lain sebagainya.
Good governance adalah sebuah terminologi untuk
suatu tata pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, yang merupakan standar yang harus
diraih oleh setiap jajaran pemerintahan termasuk di dalamnya program reformasi
birokrasi. Hal yang penting dalam reformasi
birokrasi adalah perubahan mind-set
dan culture-reset serta pengembangan
budaya kerja.
Dalam percepatan reformasi birokrasi selain
perubahan sistem, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dapat
dilakukan melalui pemanfaatan berbagai fungsi untuk menjamin bahwa mereka
difungsikan secara efektif dan bijak, agar bermanfaat bagi individu, organisasi
dan masyarakat, dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal
organisasi pemerintahan, caranya adalah dengan mengenali dan
berusaha menghilangkan akar penyebab masalah.
Kotter dan Heskett (1992:6-7) menyatakan,
perilaku manajemen dan karyawan dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh (1)
kepemimpinan; (2) struktur, sistem, rencana dan kebijakan formal; (3) budaya
perusahaan; (4) dan lingkungan yang teratur dan bersaing.
Penelitian ini
hanya menganalisa sebagian kecil dari permasalahan kinerja karyawan dalam
dimensi perilaku organisasi khususnya organisasi publik
(birokrasi/pemerintahan), karena banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja individu didalam organisasi. Salah satu dari dimensi-dimensi tersebut
adalah kepemimpinan, budaya organisasi, dan kinerja karyawan.
Penelitian ini
sengaja dilakukan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kota Batu, karena instansi tersebut merupakan ujung tombak dalam
peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah), sebab pada era otonomi daerah ini salah
satu tolok ukur keberhasilan pemerintah daerah juga ditentukan oleh capaian target
pajak dan restribusi (PAD) yang sudah ditetapkan setiap tahunnya.
Organisasi akan
mencapai kinerja tinggi jika organisasi tersebut dapat menciptakan suasana
kerja yang dapat memotivasi individu-individu dalam organisasi, menumbuhkan
suasana kerja sama antar kelompok, serta menumbuhkan kreatifitas dan inisiatif.
Pada akhirnya kehidupan kerja dapat meningkatkan kinerja secara keseluruhan,
baik kinerja individu, kinerja unit kerja maupun kinerja instansi.
Sebagaimana
diungkapkan oleh Wahjosumidjo (1994:171), kepemimpinan mempunyai peranan
sentral dalam kehidupan organisasi, dimana terjadi interaksi kerjasama antar
dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan. Keberadaan seorang pemimpin dalam
organisasi sangat dibutuhkan untuk memainkan peranan yang amat penting, bahkan
dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pimpinan membutuhkan orang lain, yaitu bawahan untuk
melaksanakan secara langsung tugas-tugas, disamping memerlukan sarana dan
prasarana lainnya.
Kepemimpinan yang
efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan
mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam, menurut : Koesmono
(2005); Suardana (2007); Taba (2007) kehidupan organisasional. Oleh karena itu, memahami teori-teori kepemimpinan sangat
besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi
telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktivitas
organisasi secara keseluruhan.
Untuk mencapai
efektivitas tersebut, maka perlu diperhatikan iklim organisasi dan perilaku
organisasi yang kondusif dalam setiap lembaga pemerintah. Seorang pemimpin di
dalam melaksanakan kepemimpinan haruslah memiliki kriteria-kriteria yang
diharapkan, dalam arti seorang pemimpin harus memiliki kriteria yang lebih dari
pada bawahannya misalnya jujur, adil, bertanggung jawab, loyal, energik, dan
beberapa kriteria-kriteria lainnya.
Kepemimpinan
merupakan sebuah hubungan yang kompleks, oleh karena berhadapan dengan
kondisi-kondisi ekonomi, nilai-nilai sosial dan pertimbangan politis. Hal ini
akan berpengaruh terhadap suasana dalam organisasi yang diciptakan oleh pola
hubungan pribadi (interpersonal
relationship) dan pengaruh budaya yang terjadi diantara para anggota
organisasi. Pembentukan pola hubungan antar-pribadi dipengaruhi oleh sikap
kepemimpinan (leadership) dalam
melaksanakan tupoksinya.
Menurut Kotter dan
Heskett seperti yang dikutip oleh Kotter (1997 : 234), menegaskan bahwa hal yang
mendasar bagi proses pembalikan budaya dan membuatnya lebih adaptif adalah
kepemimpinan yang efektif. Peran pemimpin dalam pembentukan budaya organisasi
adalah dengan membangun visi baru, mengarahkan dan memotivasi para manajer
mereka untuk memberikan kepemimpinan guna melayani pelanggan, karyawan dan
pemegang saham sehingga menciptakan budaya yang lebih responsif.
Schein (1991)
menambahkan bahwa proses terjadinya budaya perusahaan (organisasi) melalui tiga
cara : (1) para karyawan mengambil dan mempertahankan bawahan-bawahan
(anggota-anggota) yang berpikir dan merasakan cara yang mereka lakukan, (2) mengindoktrinasi
dan mensosialisasikan cara berpikir dan cara merasakan mereka, (3) perilaku
mereka sendiri adalah model peran (role
model) yang mendorong anggota untuk mengidentifikasi dan menginternalisasi
keyakinan, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi mereka. Dalam hal ini keberadaan
pemimpin memiliki pengaruh besar karena harus dapat bertindak sebagai model
bagi terciptanya nilai-nilai yang ada.
Budaya organisasi
merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam
suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Apabila dilihat
dari dari sudut pandang seorang karyawan, budaya organisasi memberi pedoman
bagi karyawan segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Budaya dapat
memiliki pengaruh yang bermakna pada sikap dan perilaku anggota-anggota
organisasi, terutama karena budaya organisasi
melakukan sejumlah fungsi dalam organisasi.
Budaya organisasi
selain berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan juga berpengaruh terhadap
kinerja organisasi. Sesungguhnya antara budaya organisasi dengan motivasi
karyawan terdapat hubungan, dimana budaya dikatakan memberi pedoman seorang
karyawan bagaimana dia mempersepsikan karakteristik budaya suatu organisasi,
nilai yang dibutuhkan karyawan dalam bekerja, berinteraksi dengan kelompoknya,
dengan sistem dan administrasi, serta berinteraksi dengan atasannya.
Kinerja karyawan
merupakan interaksi antara motivasi dan kemampuan, dimana kinerja merupakan hal
penting yang dibutuhkan dalam rangka menunjang pencapaian tujuan organisasi.
Tujuan organisasi tercapai jika terdapat
semangat kerja yang tinggi atau motivasi kerja yang tinggi dari para karyawan.
Kinerja yang tinggi pada individu dalam organisasi menunjukkan bahwa apa yang
dilakukan oleh individu telah sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi,
hal ini juga sesuai dengan asumsi dasar organisasi.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini